Cover Edisi Indonesia |
Mereka menjulukinya Malaikat Kematian. Setiap kemunculannya membuat semua petarung lain bergidik ngeri, sementara penonton justru menyambut penuh gempita. Saba, sang Malaikat Kematian, tak pernah memedulikan apa pun dalam bertarung. Dia hanya berusaha tetap hidup. Demi menyelamatkan Lugh, kembarannya. Demi mencari sebuah penjelasan.
Saba harus keluar dari tempat itu. Di tengah ketatnya penjagaan terhadap para petarung, nyaris tak ada celah terlihat. Saba tahu, dia hanya harus menunggu lebih sabar. Namun, apa artinya kesabaran di tengah desakan waktu yang kian menghimpit? Malam pertengahan musim panas sebentar lagi tiba. Terlambat sedikit saja, Lugh akan tewas demi memenuhi ambisi seorang penguasa gila.
Saba tidak sendiri. Ada Jack. Pemuda itu telah mencuri perhatiannya dengan janji akan menemani perjalanan mencari Lugh. Namun, akankah Saba percaya sepenuhnya ketika Jack pun memiliki alasan tersembunyi?
Lugh lahir lebih dulu, disusul Saba. Kembar 2 jam pada pertengahan musim dingin ketika matahari menggantung rendah di langit. Hidup bahagia dalam keluarga kecil mereka, Saba, Lugh, Pa dan Ma di Silverlake. 9 tahun kemudian, lahirlah Emmi, sebulan lebih cepat dan menyebabkan meninggalnya Ma. Kehidupan mereka tidak pernah sama sejak saat itu; Lugh dibawa pergi oleh Tonton, Pa meninggal, Silverlake ditelan badai debu, hanya satu yang ada dipikiran Saba, yaitu menyelamatkan Lugh.